-->

STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.  S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Staphylococcus aureus membentuk koloni kuning yang cukup besar pada media kaya; S. epidermidis memiliki koloni putih yang relatif kecil. S. aureus sering hemolitik pada agar darah, S. epidermidis adalah non hemolitik. Staphylococci adalah anaerob fakultatif yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau oleh fermentasi yang menghasilkan asam laktat terutama. Bakteri adalah katalase-positif dan oksidase-negatif. S. aureus dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15 sampai 45 derajat dan pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen.
Hampir semua strain S. aureus menghasilkan koagulase enzim: hampir semua strain S. epidermidis kekurangan enzim ini. S. aureus harus selalu dianggap sebagai patogen potensial; strain sebagian besar epidermidis S. adalah nonpathogenic dan bahkan mungkin memainkan peran protektif pada manusia sebagai flora normal. Staphylococcus epidermidis mungkin patogen dalam lingkungan rumah sakit.
Staphylococci sel bulat sempurna sekitar 1 mikrometer diameter. The staphylococci tumbuh dalam kelompok karena sel membelah berturut-turut dalam tiga pesawat tegak lurus dengan sel-sel sisa adik melekat satu sama lain berikut setiap divisi berturut-turut. Karena titik tepat lampiran sel adik mungkin tidak berada dalam pesawat divisi, dan sel-sel dapat berubah posisi sedikit sambil tetap terpasang, hasilnya adalah pembentukan sebuah cluster yang tidak teratur sel.

Bentuk dan konfigurasi dari cocci Gram-positif membantu untuk membedakan staphylococci dari streptokokus. Streptococci sedikit lonjong sel-sel yang biasanya tumbuh di rantai karena mereka membagi dalam satu bidang datar saja, mirip dengan basil. Tanpa mikroskop, uji katalase adalah penting dalam membedakan streptokokus (katalase-negatif) dari staphylococci, yang kuat katalase-produsen. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan hidrogen peroksida 3% menjadi koloni pada pelat agar-agar atau miring.
budaya katalase-positif menghasilkan gelembung O2 dan sekaligus. Tes tidak boleh dilakukan pada agar darah karena darah sendiri mengandung katalase.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.

Karakteristik umum

S. aureus merupakan bakteri berbentuk bulat (coccus), yang bila diamati di bawah mikroskop tampak berpasangan, membentuk rantai pendek, atau membentuk kelompok yang tampak seperti tandan buah anggur. Organisme ini Gram-positif. Beberapa strain dapat menghasilkan racun protein yang sangat tahan panas, yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

 

Gejala-gejala penyakit

Keracunan makanan staphylococcal (staphyloenterotoxicosis; staphyloenterotoxemia) merupakan nama kondisi yang disebabkan oleh enterotoxin yang diproduksi oleh beberapa strain S. aureus.
Gejala penyakit ini biasanya terjadi segera setelah infeksi, dan dalam banyak kasus bersifat akut, tergantung pada kerentanan korban terhadap racun, jumlah makanan terkontaminasi yang ditelan, dan kondisi kesehatan korban secara umum. Gejala yang paling umum adalah mual, muntah, retching (seperti muntah tetapi tidak mengeluarkan apa pun), kram perut, dan rasa lemas. Beberapa orang mungkin tidak selalu menunjukkan semua gejala penyakit ini. Dalam kasus-kasus yang lebih parah, dapat terjadi sakit kepala, kram otot, dan perubahan yang nyata pada tekanan darah serta denyut nadi. Proses penyembuhan biasanya memerlukan waktu dua hari, namun, tidak menutup kemungkinan penyembuhan secara total pada kasus-kasus yang parah memerlukan waktu tiga hari atau kadang-kadang lebih.
Dosis infektif—toxin/racun sebanyak kurang dari 1.0 mikrogram dalam makanan yang terkontaminasi dapat menimbuknan gejala keracunan staphylococcal. Tingkat racun ini dicapai apabila populasi S. aureus lebih dari 100.000 per gram.

Diagnosis

Dalam diagnosis keracunan makanan staphylococcal, informasi melalui wawancara dengan korban, serta pengumpulan dan analisa data epidemiologi sangat penting dilakukan. Makanan yang dicurigai harus dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan keberadaan staphylococci. Adanya staphylococci penghasil enterotoxin dalam jumlah cukup besar sudah merupakan bukti yang kuat bahwa makanan tersebut mengandung racun. Pengujian yang paling kuat dalam pengambilan kesimpulan adalah pengujian hubungan antara penyakit dengan makanan tertentu, atau apabila ada lebih dari satu perantara penularan, deteksi racun di dalam sampel makanan. Dalam kasus-kasus di mana makanan mungkin telah diolah untuk membunuh bakteri staphylococci, misalnya dengan pasteurisasi atau pemanasan, pengamatan secara langsung menggunakan mikroskop mungkin berguna dalam diagnosis. Sejumlah metode serologis untuk menentukan kemampuan S. aureus, yang diisolasi dari makanan, dalam membentuk racun yang menyerang saluran pencernaan, serta metode-metode untuk memisahkan dan mendeteksi racun di dalam makanan telah dikembangkan dan berhasil digunakan untuk membantu diagnosis penyakit tersebut. Phage typing (penentuan strain bakteri dengan menggunakan jenis bakteriofag tertentu) mungkin juga berguna apabila staphylococci yang masih hidup dapat diisolasi dari makanan yang dicurigai, dari korban, dan dari perantara yang dicurigai misalnya pengolah makanan.

Makanan yang terkait

Makanan yang sering dicurigai dalam kasus keracunan makanan staphylococcal antara lain daging dan produk daging; daging unggas dan produk telur; salad seperti telur, ikan tuna, kentang, dan macaroni; produk roti seperti kue dengan isi krim, kue krim, dan chocolate éclairs ; roti isi; dan susu dan produk susu. Makanan yang memerlukan banyak penanganan selama penyiapannya dan yang disimpan dalam suhu yang sedikit lebih tinggi setelah dimasak sering menjadi penyebab kasus keracunan makanan staphylococcal.
Staphylococci ada di udara, debu, air buangan, air, susu, dan makanan atau pada peralatan makan, permukaan-permukaan di lingkungan, manusia, dan hewan. Manusia dan hewan merupakan sumber utama infeksi. Staphylococci ada pada saluran hidung dan tenggorokan dan pada rambut dan kulit dari 50% atau lebih individu yang sehat. Tingkat keberadaan bakteri ini bahkan lebih tinggi pada mereka yang berhubungan dengan individu yang sakit dan lingkungan rumah sakit. Walaupun pengolah makanan merupakan sumber utama kontaminasi dalam kasus-kasus keracunan makanan, peralatan dan permukaan lingkungan dapat juga menjadi sumber kontaminasi oleh S. aureus. Keracunan pada manusia disebabkan oleh konsumsi enterotoxin yang dihasilkan oleh beberapa strain S. aureus di dalam makanan , biasanya karena makanan tersebut tidak disimpan pada suhu yang cukup tinggi (60°C, atau lebih) atau cukup dingin (7.2°C, atau kurang).

Pencegahan

Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yaitu apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas pemotong). Penanganan dan penyimpanan makanan yang tidak benar menyebabkan bakteri berkembang biak dan menghasilkan racun. Pemasakan makanan sesudahnya mungkin tidak cukup untuk menghancurkan racun.

0 Response to "STAPHYLOCOCCUS AUREUS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel